Latar Belakang Pendirian
Ustadz Abdullah Thufail Saputra, seorang
mubaligh yang karena profesinya sebagai pedagang mendapat kesempatan
untuk berkeliling hampir ke seluruh Indonesia (kecuali Irian Jaya) dan
melihat bahwa kondisi umat Islam di Indonesia tertinggal karena umat
Islam di Indonesia kurang memahami Al-Qur’an.
Oleh karena itu, sesuai dengan ucapan Imam Malik bahwa umat Islam tidak akan dapat menjadi baik kecuali dengan apa yang telah menjadikan umat Islam baik pada awalnya, yaitu Al-Qur’an.
Ustadz Abdullah Thufail Saputra yakin bahwa umat Islam Indonesia hanya
akan dapat melakukan emansipasi apabila umat Islam Indonesia mau kembali
ke Al-Qur’an. Demikianlah, maka Ustadz Abdullah Thufail Saputra pun
mendirikan MTA sebagai rintisan untuk mengajak umat Islam kembali ke
Al-Qur’an.
TUJUAN
Tujuan didirikannya MTA adalah untuk
menyelenggarakan berbagai kegiatan dalam bidang sosial dan keagamaan,
seperti penyelenggaraan pendidikan formal dan non-formal dan
penyelenggaraan berbagai kegiatan pengajian dan pendirian lembaga
pendidikan keagamaan yang terkait. Tujuan tersebut dimaksudkan sebagai
upaya untuk mengajak umat Islam kembali ke Al-Qur’an dengan tekanan pada
pemahaman, penghayatan, dan pengamalan Al-Qur’an dalam kehidupan
sehari-hari.
BADAN HUKUM
Sebagai lembaga dakwah yang independen
MTA tidak ingin menjadi underbouw dari organisasi massa atau organisasi
politik manapun. Bahkan MTA tidak menghendaki berubah menjadi organisasi
massa atau organisasi politik.
Namun MTA juga tidak ingin menjadi
lembaga yang bersifat ilegal. Untuk itu secara resmi, MTA didaftarkan
sebagai lembaga berbadan hukum dalam bentuk yayasan dengan akta notaris
R. Soegondo Notodisoerjo Notaris di Surakarta nomor 23 tahun 1974.
Kemudian untuk memenuhi ketentuan dalam
Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2004 tentang yayasan, MTA didaftarkan
kembali sebagai yayasan dengan akta notaris Budi Yojantiningrum, SH,
Notaris di Karanganyar, nomor 01 tanggal 6 September 2006, dan disahkan
oleh Menkum dan HAM dengan Keputusan Menteri No. C-2510.HT.01.02.TH
2006, yang ditetapkan tanggal 03 November 2006 dan tercatat dalam Berita
Negara Tanggal 27 Februari 2007, No. 17.
Kemudian susunan pengurus diubah lagi
dengan Akta Perubahan Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an Surakarta nomor
02, tanggal 08 Februari 2011, dibuat oleh Sri indriyani, S.H., Notaris
di Boyolali.
STRUKTUR LEMBAGA
Struktur MTA sebagai lembaga terdiri
atas pusat, perwakilan, dan cabang. MTA pusat berkedudukan di Surakarta.
Perwakilan MTA berkedudukan di tingkat kota/kabupaten. Cabang MTA
berkedudukan di tingkat kecamatan. Dengan diresmikannya 109 perwakilan
dan cabang pada Silatnas 27 Desember 2015, maka jumlah perwakilan dan
cabang menjadi 539 tersebar dari Aceh hingga Merauke.
KEGIATAN
1. Pengajian
Sesuai dengan tujuan pendirian MTA,
yaitu untuk mengajak umat Islam kembali ke Al-Qur’an, kegiatan utama di
MTA berupa pengajian Al-Qur’an. Pengajian Al-Qur’an ini dilakukan dalam
berbagai pengajian yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengajian
khusus dan pengajian umum.
A. Pengajian khusus
Pengajian khusus adalah pengajian yang
siswa-siswanya (juga disebut dengan istilah peserta) terdaftar dan
setiap masuk dicatat kehadirannya (tertib presensi). Pengajian khusus
ini diselenggarakan seminggu sekali, baik di pusat maupun di
perwakilan-perwakilan dan cabang-cabang, dengan guru pengajar yang
dikirim dari pusat atau yang disetujui oleh pusat.
Di
perwakilan-perwakilan atau cabang-cabang yang tidak memungkinkan
dijangkau satu minggu sekali, kecuali dengan waktu yang lama dan tenaga
serta biaya yang besar, pengajian yang diisi oleh pengajar dari pusat
diselenggarakan satu bulan sekali, bahkan ada yang diselenggarakan satu
semester sekali.
Perwakilan-perwakilan dan cabangcabang
yang jauh dari Surakarta ini menyelenggarakan pengajian seminggu sekali
sendiri-sendiri. Konsultasi ke pusat dilakukan setiap saat melalui media
komunikasi yang ada. Materi yang diberikan dalam pengajian khusus ini
adalah tafsir Al-Qur’an dengan acuan tafsir Al-Qur’an yang dikeluarkan
oleh Departemen Agama dan kitab-kitab tafsir lain baik karya ulama-ulama
Indonesia maupun karya ulama-ulama dari dunia Islam yang lain, baik
karya ulama-ulama salafi maupun ulama-ulama kholafi.
Proses belajar mengajar dalam pengajian
khusus ini dilakukan dengan teknik ceramah dan tanya jawab. Guru
pengajar menyajikan materi yang dibawakannya kemudian diikuti dengan
pertanyaan-pertanyaan dari siswa. Dengan tanya jawab ini pokok bahasan
dapat berkembang ke berbagai hal yang dipandang perlu. Dari sinilah,
kajian tafsir Al-Qur’an dapat berkembang ke kajian aqidah, kajian
syareat, kajian akhlak, kajian tarikh, dan kajian masalahmasalah aktual
sehari-hari.
Dengan demikian, meskipun materi pokok
dalam pengajian khusus ini adalah tafsir AlQur’an, tidak berarti
cabang-cabang ilmu agama yang lain tidak disinggung. Bahkan, sering kali
kajian tafsir hanya disajikan sekali dalam satu bulan dan apabila
dipandang perlu kajian tafsir untuk sementara dapat diganti dengan
kajian-kajian masalah-masalah lain yang mendesak untuk segera diketahui
oleh siswa.
Di samping itu, pengkajian tafsir
Al-Qur’an yang dilakukan di MTA secara otomatis mencakup pengkajian
Hadits karena ketika pembahasan berkembangan ke masalah-masalah lain mau
tidak mau harus merujuk Hadits. Dari itu semua dapat dilihat bahwa yang
dilakukan di MTA bukanlah menafsirkan Al-Qur’an, melainkan mengkaji
kitab-kitab tafsir yang ada dalam rangka pemahaman Al-Qur’an agar dapat
dihayati dan selanjutnya diamalkan.
B. Pengajian Umum
Materi pengajian lebih ditekankan pada hal-hal yang diperlukan dalam pengamalan agama sehari-hari. Pengajian umum ini diselenggarakan satu minggu sekali pada hari Minggu pagi (Pengajian Umum Ahad Pagi), bertempat di Gedung MTA Jl. Ronggowarsito No. 111 A Surakarta yang diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 8 Maret 2009.
Setiap minggu tidak kurang 7000 orang dari berbagai penjuru hadir mengikuti Jihad Pagi dengan tertib. Tokoh-tokoh nasional yang pernah hadir mengisi Pengajian Ahad Pagi dan bersilaturahim di MTA adalah :
- 1. Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, M.A. (Wamen Agama RI. Kabinet Indonesia Bersatu)
- 2. Dr. (HC) HM. Hatta Rajasa. (Menko Ekuin. Kabinet Indonesia Bersatu)
- 3. Dr. (HC) Dahlan Iskan (Menteri BUMN. Kabinet Indonesia Bersatu)
- 4. Ir.H.Azwar Abubakar MM (Menpan & RB. Kabinet Indonesia Bersatu)
- 5. H. Marzuki Alie, SE.MM (Ketua DPR. Periode 2009-2014)
- 6. KH. Ahmad Cholil Ridwan, LC. (MUI Pusat. Periode 2010-2015)
- 7. Irjen Pol (purn) Dr. H. Anton Tabah (MUI Pusat 2010-2015)
- 8. KH. Muhyiddin Junaidi, LC, MA (MUI Pusat 2010-2015)
- 9. KH. Syuhada Bahri, LC (MUI Pusat 2010-2015)
- 10. Prof. Dr. KH. Muhammad Amin Suma, SH, MM, MA (MUI Pusat 2010-2015)
- 11. Dr. Amrulah Ahmad (MUI Pusat. 2010-2015)
- 12. Dr. Amisyah Tambunan, MA (MUI Pusat 2010-2015)
- 13. Prof. Dr. H. M. Amin Rais (Tokoh Ulama)
- 14. Drs. H. Slamet Effendy Yusuf, Msi (Tokoh Ulama)
- 15. Dr. Mohammad Syafei Antonio (Tokoh Ulama)
- 16. Mahendradata, SH, MA, MH, PhD (TPM Pusat)
Kegiatan pengajian baik pengajian, khusus atau pengajian umum dilengkapi dengan sarana perpusatakaan yang sangat lengkap di Gedung Pusat Jl. Ronggowarsito 111 A Surakarta yang berisi kitab-kitab Tafsir dari berbagai ulama tafsir dunia dan kitab-kitab hadits dari berbagai ulama hadits ternama serta kitab-kitab lainnya baik hardcopy ataupun softcopy.
2. Pendidikan
Pengamalan Al-Qur’an membawa ke
pembentukan kehidupan bersama berdasar Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.
Kehidupan bersama ini menuntut adanya berbagai kegiatan yang terlembaga
untuk memenuhi kebutuhan anggota.
Salah satu kegiatan terlembaga yang
dibutuhkan oleh anggota adalah pendidikan yang diselenggarakan
berdasarkan nilai-nilai keislaman. Oleh karena itulah, di samping
pengajian, MTA juga menyelenggarakan pendidikan, baik formal maupun
non-formal.
A. Pendidikan Formal
Pendidikan formal yang telah
diselenggarakan terdiri atas TK, SD, SMP. dan SMA. Tujuan dari
penyelenggaraan pendidikan formal ini adalah untuk menyiapkan generasi
penerus yang cerdas dan berakhlak mulia.
Oleh karena itu, di samping memperoleh
pengetahuan umum berdasar kurikulum nasional yang dikeluarkan oleh
Kementrian Pendidikan Nasional, pendidikan formal juga memperoleh
pelajaran diniyah.
Di samping diberi pelajaran diniyah,
untuk mencapai tujuan tersebut siswa SMP dan SMA juga diberi bimbingan
dalam beribadah dan bermu’amalah. Untuk itu, para siswa SMP dan SMA yang
memerlukan asrama diwajibkan tinggal di asrama yang disediakan oleh
sekolah.
Dengan tinggal di asrama yang dikelola
oleh sekolah dan yayasan, siswa SMP dan SMA dapat dibimbing dan diawasi
agar dapat mengamalkan pejaran diniyah dengan baik. Alhamdulillah,
sampai pada saat ini, baik SMP maupun SMA berhasil meraih prestasi
akademis yang cukup menggembirakan.
Oleh karena prestasinya itu, SMA MTA
masuk ke dalam daftar lima puluh SMA Islam unggulan se-Indonesia. Di
samping itu, siswasiswa yang melakukan kenakalan yang umum dilakukan
oleh remaja-remaja dapat dideteksi dan selanjutnya dibimbing semaksimal
mungkin untuk menghentikan kenakalan-kenakalannya.
B. Pendidikan non-formal
Pendidikan non-formal diselenggarakan
oleh MTA untuk memberi bekal siswa/peserta MTA berupa pengetahuan dan
ketrampilan yang diperlukan. Adapun pendidikan non-formal yang
diselenggarakan oleh MTA antara lain TPA, PAUD, Lembaga Pendidikat
Tahsin (LPT).
Disamping itu, berbagai kursus
insidental sering diselenggarakan oleh MTA Pusat, misalnya kursus
kepenulisan, kewartawanan dan kursus bahasa.
3. Kegiatan Sosial
Kehidupan bersama yang dijalin di MTA tidak hanya bermanfaat untuk
warga MTA sendiri, melainkan juga untuk masyarakat pada umumnya.Dengan kebersamaan yang kokoh, berbagai amal sosial dapat dilakukan. Amal sosial tersebut antara lain adalah donor darah, kerja bakti bersama dengan Pemda dan TNI, pemberian santunan berupa sembako, pakaian, dan obat-obatan kepada umat Islam pada khususnya dan masyarakat pada umumnya yang sedang tertimpa musibah, dan sebagainya.
Donor darah, begitu juga kerja bakti bersama Pemda dan TNI, sudah mentradisi di MTA, baik di pusat mau pun di perwakilan dan cabang. Secara rutin tiga bulan sekali MTA, baik pusat maupun perwakilan, menyelenggarakan donor darah. Kini MTA memiliki tidak kurang dari 7.000 pedonor yang setiap saat dapat diambil darahnya bagi yang mendapat kesulitan untuk memperoleh darah dari keluarganya atau dari orang lain.
Selain itu, MTA aktif berpartisipasi membantu korban konflik dan bencana. Pada beberapa konflik sara dan politik di Solo, MTA menjadi dapur umum bagi korban konflik. Pada konflik sara di Ambon, MTA mengirim bantuan ke Ambon dan Tual. Pada berbagai bencana alam, MTA aktif berpartisipasi dengan mendirikan posko dan mengirim bantuan. Pada waktu terjadi banjir di Karawang, Pati, Gresik, Purworejo, Purwodadi, Kudus dan lokasi lain MTA mengirimkan bantuan makanan, obat-obatan, dan pakaian.
Pada waktu gempa dan tsunami di Aceh, MTA mendirikan Posko selama dua bulan. Begitu pula ketika terjadi gempa di DIY, Takengon Aceh, Padang. tanah longsor di Banjarnegara, letusan Gunung Merapi, MTA mengirim Tim SAR.
Kegiatan lain yang perlu dikemukakan adalah kegiatan penyembelihan hewan qurban pada hari raya Iedul Adha Kegiatan ini adalah kegiatan ibadah, namun memiliki dimensi sosial yang besar karena hewan qurban yang disembelih di MTA mencapai ribuan.
Pada hari raya Iedul Adha tahun 2015 mencapai 1205 ekor sapi dan 4099 ekor kambing yang disembelih selama empat hari (hingga hari tasyrik ketiga) di pusat. Pembagian daging hewan qurban tersebut yang sudah berlangsung selama berpuluh-puluh tahun berjalan dengan tertib dan lancar.
Begitu pula penyembelihan hewan qurban di perwakilan-perwakilan dan cabangcabang MTA di seluruh Indonesia bisa berjalan dengan tertib dan lancar.
Dalam memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia, selama beberapa tahun terakhir, MTA membagikan sembako untuk anggota masyarakat sekitar kantor/majlis yang kurang beruntung di Kegiatan sosial yang dilakukan di seluruh perwakilan dan cabang MTA ini disebut dengan Paket Kemerdekaan.
Tujuan dari kegiatan sosial ini adalah agar pada hari kemerdekaan RI anggota masyarakat di sekitar kantor/majlis dapat merasakan kemaslahatan dari kemerdekaan. Pada Tahun 2015 ini telah dibagikan paket kemerdekaan sebanyak 15.885 Paket senilai lebih dari 1 Milyar Rupiah.
4. Kepemudaaan
Kegiatan MTA yang semakin banyak, baik
kegiatan internal MTA mau pun kegiatan eksternal seperti pemberian
bantuan kepada korban bencana, MTA membutuhkan Satuan Tugas.
Maka
pada tahun 2002, Satgas MTA dibentuk, dikukuhkan oleh Ketua MUI Prof.
Dr. HM. Din Syamsuddin, MA di alun-alun utara Kraton Surakarta. Untuk
memberikan pelatihan baris-berbaris kepada Satgas MTA, MTA bekerjasama
dengan Polresta Surakarta dan Koramil Pasarkliwon, Surakarta.
Bahkan sebagian dari Satgas MTA tersebut
kini telah lulus pelatihan Satpam yang diselenggarakan Polresta
Surakarta dan bekerja di beberapa instansi. Kegiatan rutin Satgas MTA
adalah melakukan pengamanan dan pengaturan lalu lintas dalam berbagai
pengajian akbar yang diselenggarakan oleh MTA atau MUI maupun umat Islam
yang lain.
Ketika terjadi bencana, Satgas MTA
menjadi tulang punggung relawan MTA dalam memberikan bantuan kepada
korban, seperti dalam penanganan banjir di Karawang, gempa dan tsunami
di Aceh pada tahun 2004, gempa di Yogyakarta pada tahun 2006, dan erupsi
Merapi pada tahun 2010.
Oleh karena bencana alam seolah sudah
menjadi sesuatu yang rutin di Indonesia, maka partisipasi dalam penangan
bencana ini perlu dilembagakan. Untuk itulah MTA membentuk tim SAR (Search And Rescue) yang mendapat pelatihan dari BASARNAS dan menjadi bagian dari BASARNAS.
SAR MTA inilah yang menjadi ujung tombak
partisipasi MTA dalam penangan dampak erupsi Gunung Merapi pada tahun
2010. Untuk semakin lebih menggiatkan kegiatan para pemuda MTA di
berbagai Cabang dan perwakilan di seluruh Indonesia, maka perlu diwadahi
melalui organisasi kepemudaan yang diberi nama Pemuda MTA yang
dideklarasikan pada tanggal 7 Oktober 2012 di Stadion Manahan Surakarta
yang dihadiri oleh Deputy Kemenpora Dr. Alfitra Salam, APU.
5. Ekonomi
Kehidupan bersama di MTA juga menuntut
adanya kerjasama dalam pengembangan ekonomi. Untuk itu, di MTA
diselenggarakan usaha bersama berupa simpan-pinjam. Dengan simpan-pinjam
ini, siswa atau warga MTA dapat memperoleh modal untuk mengembangkan
kehidupan ekonominya.
Di samping itu, siswa atau warga MTA
biasa tukar-menukar pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang ekonomi.
Seorang warga MTA yang belum mendapat pekerjaan atau kehilangan
pekerjaan dapat belajar pengetahuan atau ketrampilan tertentu kepada
siswa atau warga MTA yang lain sampai akhirnya dapat bekerja sendiri.
6. Kesehatan
Dalam bidang kesehatan, MTA melakukan rintisan untuk dapat mendirikan sebuah rumah sakit yang diselenggarakan secara Islami.
Kini MTA telah dapat menyelenggarakan
pelayanan kesehatan berupa Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin yang
bernama Klinik Pratama MTA. Pada tahun 2015, Klinik Pratama MTA
memperoleh penghargaan sebagai Pemenang Pertama Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama Kategori Klinik Pratama Provinsi Jawa Tengah tahun 2015.
Di samping itu, untuk memberikan
pelayanan kesehatan kepada siswa atau warga MTA dibentuk kader-kader
kesehatan dari perwakilan-perwakilan dan cabang-cabang MTA yang secara
periodik mengadakan pertemuan.
7. Penerbitan, Komunikasi, dan Informasi
Penerbitan, komunikasi, dan informasi
merupakan sendi-sendi kehidupan modern, bahkan juga merupakan sendisendi
globalisasi. Untuk itu, MTA tidak mengabaikan bidang ini.
Dalam bidang penerbitan, MTA telah menerbitkan majalah bulanan dan buku-buku keagamaan serta materi pengajian yang disebut Brosur.
Dalam bidang teknologi informasi, MTA telah merambah semua media informasi :
- Media Online : website www.mta. or.id dan email : humas@mta.or.id
- Radio FM : MTAFM & Persada FM sejak tahun 2007.
- Radio Online : www.mtafm.com sejak tahun 2007
- Radio Satelit : Telkom-1 Freq 3920 MHz, S/R 3000 Pol H tahun 2010
- TV Teresterial : Ch. 52 UHF sejak tahun 2014
- TV Online : www.mtatv.net sejak tahun 2010
- TV Satelit : Telkom-1 Freq 3920 MHz, S/R 3000 Pol H tahun 2014
KERJASAMA
Sudah menjadi kebiasaan MTA dalam
mengadakan berbagai kegiatan selalu bekerjasama dengan instansi
pemerintah atau swasta terkait lembaga-lembaga tersebut antara lain
adalah sebagai berikut :
- Kerjasama Bidang Kesehatan seperti Pengobatan Gratis, Khitanan Masal, Bencana alam dengan PMI, Dinas Kesehatan, MER-C.
- Kerjasama bidang Sosial seperti TMND, Operasi POLRI, Bencana Alam dengan TNI, POLRI, BASARNAS, BNPB
- Kerjasama bidang Media Elektronik: RRI Solo, TVRI Jogja, Radio Purbowangi FM 104 MHz Gombong, Bidang Usaha KJKS air minum Kafur Radio Suara Kesuma FM 105.5 MHz Wonosobo, Radio Prima FM 90.8 MHz Cilacap, Radio Ash Shidiq FM 89.8 MHz Purwakarta, Radio Kharisma FM 91.6 MHz Pontianak.
- Kerjasama bidang Media Cetak untuk menyampaikan tulisan-tulisan materi dakwah dengan Suara Merdeka, Solopos, Joglosemar dan Jateng Pos.
- Kerjasama dengan instansi pemerintah dan swasta serta masyarakat dalam pengiriman ustadz atau da’i untuk memberikan kajian-kajian secara rutin atau isidentil seperti dengan Rumah Tahanan, Pemda atau Bupati Sukoharjo dan lain sebagainya.
- Kerjasama dengan berbagai elemen umat islam baik di Solo maupun tingkat nasional untuk acara-acara kebersamaan umat islam atau tabligh akbar seperti dengan MUI Pusat, MUI Kota Surakarta, DDII, FPI, NU, Muhammadiyah, DSKS, FUI dan sebagainya.
SUMBER DANA
Banyak yang bertanya-tanya dengan heran, darimana MTA memperoleh dana untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatannya?
Isu yang pernah berkembang di masyarakat
adalah bahwa MTA memperoleh dana dari luar negeri, isu lain mengatakan
bahwa MTA memperoleh dana dari orpol tertentu.
Sesungguhnya, apabila umat Islam betul-betul memahami dan menghayati agamanya, keheranan semacam itu tidak perlu muncul.
Bahwa jihad merupakan salah satu sendi
keimanan tidak ada yang meragukan, bahkan sampai ada yang mengatakan
bahwa jihad merupakan rukun Islam yang ke-enam.
Akan tetapi bahwa sesungguhnya jihad terdiri atas dua unsur, yakni jihad bi amwal dan jihad bi anfus, kurang dihayati.
Biasanya hanya jihad bi anfus saja yang banyak dikerjakan. Apabila jihad bi amwal dihayati dengan baik dan diamalkan, umat Islam tidak akan kekurangan dana untuk membiayai kegiatan-kegiatannya.
MTA membiayai seluruh kegiatannya
sendiri karena warga MTA yang ingin berpartisipasi dalam setiap kegiatan
harus berani berjihad bukan hanya bi anfus, akan tetapi juga bi amwal, karena memang demikianlah yang dicontohkan oleh Nabi SAW dan para sahabatnya
PERKEMBANGAN
Ketika beliau meninggal, MTA sudah tersebar ke seluruh wilayah di Karesidenan Surakarta (sekarang Solo Raya) dan Semarang, bahkan sudah tersebar sampai di Lombok Barat, Jawa Timur, DIY, Bandung, dan Jakarta.
Sepeninggal Ustadz Abdullah Thufail Saputra, MTA dipimpin Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina yang dipilih secara aklamasi oleh warga MTA. Dalam kepemimpinan Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina, MTA semakin tumbuh subur berkembang ke berbagai penjuru Nusantara.
Saat diresmikannya 109 perwakilan dan cabang pada tanggal 27 Desember 2015 ini, perwakilan dan cabang MTA berjumlah 539 tersebar mulai dari Aceh hingga Merauke.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar