DIKLAT SAR MTA ANGKATAN KE X TAHUN 2018 DI MTA CABANG SUKOHARJO 7

Sukoharjo, Jawa Tengah
116 Peserta Ikuti Diklatsar SAR MTA Angkatan X

SELAMA SEPEKAN/ 9-15 DESEMBER 2018/ SAR MTA MENYELENGGARAKAN PENDIDIKAN DAN LATIHAN DASAR/ DIKLATSAR ANGKATAN KE SEPULUH// KEGIATAN DIKLATSAR RESMI DIBUKA PADA SENIN PAGI/ (9/12.2018)// BERTEMPAT DI GEDUNG MTA SUKOHARJO 7/ DI DUKUH SANGGRAHAN RT 3 RW 6/ KELURAHAN JOHO/ KECAMATAN SUKOHARJO/ KABUPATEN SUKOHARJO/ JAWA TENGAH//

PROGRAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN DASAR ATAU DIKLATSAR SAR MTA ANGKATAN KESEPULUH/ RESMI DIBUKA PADA SENIN PAGI// PEMBUKAAN DITANDAI DENGAN DIGELARNYA UPACARA DI GEDUNG MTA CABANG SUKOHARJO TUJUH//

ACARA DIHADIRI JAJARAN FORKOPIMCAM SUKOHARJO/ PENGURUS PERWAKILAN DAN CABANG MTA SUKOHARJO/ SERTA PIMPINAN PUSAT MTA / AL USTADZ DRS AHMAD SUKINA YANG SEKALIGUS MENYEMATKAN TANDA PESERTA KEPADA PERWAKILAN PESERTA/ SEBAGAI TANDA DIMULAINYA DIKLATSAR//

DALAM TAUSIAHNYA/ PIMPINAN PUSAT MTA BERPESAN AGAR MELALUI DIKLATSAR INI/ SELURUH PESERTA BISA MEMANFAATKAN KETERAMPILAN YANG DIMILIKINYA SECARA MAKSIMAL UNTUK MENOLONG SESAMA//

KETUA PANITIA DIKLAT/ SUGIYANTO, SARJANA FILSAFAT ISLAM MENGATAKAN/ KALI INI DIKLAT DIIKUTI SEBANYAK 116 PESERTA/ YANG 35 DI ANTARANYA MERUPAKAN SANTRI PONDOK PESANTREN BIN BAZ YOGYAKARTA//

PESERTA DATANG DARI BERBAGAI WILAYAH DI INDONESIA/ DENGAN RENTANG USIA ANTARA 16 HINGGA 54 TAHUN// DIKLAT BERLANGSUNG SELAMA TUJUH HARI/ 10 HINGGA 15 DESEMBER 2018 DI GEDUNG MTA SUKOHARJO TUJUH/ GEDUNG MTA SUKOHARJO TIGA/ GEDUNG MTA BULU SATU/ PEGUNUNGAN BATU SERIBU/ TEBING WATU GIRING / DAN WADUK MULUR BENDOSARI//

ARIEF SUGIYARTO, S.H./ SELAKU KOORDINATOR POS SAR SURAKARTA/ MEWAKILI KEPALA KANTOR BASARNAS POS SAR SURAKARTA/ MENGATAKAN/ BERBAGAI MATERI AKAN DIBERIKAN KEPADA PESERTA DIKLATSAR// MELIPUTI MEDICAL FIRST RESPONDING/ VERTICAL RESCUE/ JUNGLE RESCUE DAN WATER RESCUE//

KONTRIBUTOR SUKOHARJO JAWA TENGAH/ BUDI PRASETYO/ HARYONO/ DAN ANANG FUAD RIFA'I/ MELAPORKAN//



Sukoharjo, Jawa Tengah
SAR MTA Resmi Miliki 82 Anggota Baru

SETELAH BERJALAN SELAMA SEPEKAN/ PROGRAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN DASAR/ DIKLATSAR SAR MTA ANGKATAN KE SEPULUH/ RESMI DITUTUP PADA SABTU SIANG (15/12/2018)// DENGAN SELESAINYA DIKLATSAR INI/ KINI SAR MTA MEMILIKI 82 ANGGOTA BARU//

BERTEMPAT DI HALAMAN GEDUNG BUDI SASONO SUKOHARJO/ BERLANGSUNG UPACARA PENUTUPAN DIKLATSAR SAR MTA ANGKATAN KE SEPULUH/ PADA SABTU SIANG// UPACARA PENUTUPAN DIHADIRI WAKIL BUPATI SUKOHARJO / KEPALA KANTOR SAR SURAKARTA/ KEPALA BPBD/ KOMANDAN SAR KABUPATEN SUKOHARJO/ KETUA PMI/ SEJUMLAH ORMAS ISLAM/ KETUA YAYASAN MTA / SERTA PARA PENGURUS MTA SE PERWAKILAN SUKOHARJO//

UPACARA PENUTUPAN DILAKSANAKAN SETELAH SELAMA SEPEKAN/ DIGELAR DIKLATSAR DI WILAYAH KABUPATEN SUKOHARJO/ DENGAN MATERI MFR/ VERTICAL RESCUE/ JUNGLE RESCUE/ DAN WATER RESCUE// DALAM LAPORANNYA/ KETUA PANITIA SUGIYANTO, SARJANA FILSAFAT ISLAM MENGATAKAN/ DIKLATSAR ANGKATAN SEPULUH DIIKUTI 116 PESERTA/ DIMANA 34 DI ANTARANYA MERUPAKAN SANTRI PONPES BIN BAZ YOGYAKARTA// DENGAN SELESAINYA DIKLAT/ SAR MTA KINI MEMILIKI 82 ANGGOTA BARU// SEHINGGA JUMLAH TOTAL ANGGOTA SAR MTA DI SELURUH INDONESIA SEBANYAK 715 PERSONEL //

ARIEF SUGIYARTO S.H. / KEPALA POS SAR SURAKARTA DALAM SAMBUTANNYA MENYAMPAIKAN APRESIASINYA ATAS PELAKSANAAN DIKLATSAR SAR MTA ANGKATAN SEPULUH// DIHARAPKAN PARA PESERTA DIKLAT BISA MENGAPLIKASIKAN KETERAMPILAN DAN KEMAMPUAN YANG DIMILIKI UNTUK TERJUN LANGSUNG DALAM KEGIATAN KEBENCANAAN//

SEMENTARA KETUA YAYASAN MAJLIS TAFSIR ALQURAN / PROFESOR DRS. MUGIJATNA, M.Si., PHD DALAM SAMBUTANNYA MENGUNGKAPKAN / SELAMA INI PERSONEL SAR MTA TELAH TERJUN DALAM BERBAGAI KEGIATAN KEBENCANAAN// BAIK DALAM TSUNAMI ACEH/ GEMPA BUMI YOGYAKARTA/ LOMBOK/ PALU/ KECELAKAAN PESAWAT LION AIR/ MAUPUN DALAM BERBAGAI BENCANA DI TANAH AIR// SAR MTA JUGA SIAP BEKERJA SAMA DENGAN PEMERINTAH MAUPUN PIHAK LAIN DALAM MEMBANTU KORBAN BENCANA/ MENCARI DAN MENYELAMATKAN//

DITEMUI SEUSAI UPACARA PENUTUPAN/ WAKIL BUPATI SUKOHARJO MENYATAKAN BAHWA PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO MENDUKUNG SEPENUHNYA KEBERADAAN SAR MTA DI WILAYAHNYA//

DALAM UPACARA PENUTUPAN INI JUGA DILAKUKAN DISPLAY SEJUMLAH PERALATAN YANG DIMILIKI SAR MTA/ UNTUK MENUNJANG OPERASI KEBENCANAAN DI LAPANGAN//

DARI SUKOHARJO JAWA TENGAH/ ANDA PRASETYO/ BUDI PRASETYO/ DAN HARYONO/ MELAPORKAN//

 


NAFAR RAMADHAN KEDUA DI MTA CABANG SUKOHARJO 7

Alhamdulillah. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Alloh SWT. Yang mana kita masih diberikan nikmat iman dan kesempatan sampai saat ini.

Dengan nikmat itulah kami dapat melaksanakan agenda tahunan dari MTA Pusat yaitu Nafar Ramadhan untuk yang kedua kalinya, yaitu pada tanggal 30 Mei 2018 - 3 Juni 2018 (periode 3). Nafirin pada periode ini berjumlah 20 peserta, Kegiatan Nafar Ramadhan ini bertujuan untuk meningkatkan ukhuwah Islamiyah diantara warga MTA khususnya dan antar umat islam pada umumnya.






NAFAR RAMADHAN PERDANA DI MTA CABANG SUKOHARJO 7

Alhamdulillah. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Alloh SWT. Yang mana kita masih diberikan nikmat iman dan kesempatan sampai saat ini.

Dengan nikmat itulah kami dapat melaksanakan agenda tahunan dari MTA Pusat yaitu Nafar Ramadhan, untuk di MTA Cabang Sukoharjo 7, pertama kali menerima peserta Nafar yaitu pada tanggal 14 - 18 Juni 2017 (periode 3). Nafirin pada periode ini berjumlah 23 peserta, Kegiatan Nafar Ramadhan ini bertujuan untuk meningkatkan ukhuwah Islamiyah diantara warga MTA khususnya dan antar umat islam pada umumnya.




MTA BUKAN PENGIKUT SALAH SATU DARI EMPAT MADZHAB

MAJLIS TAFSIR AL QUR'AN

Ahad, 24 Desember 2017/05 Rabiul Akhir 1439
Brosur No. : 1885/1925/IA

MTA bukan pengikut salah satu dari 4 madzhab, dan bukan sebagai madzhab ke-5

Firman Allah SWT :

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوٓا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِى الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْأَاخِرِ ۚ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Hai orang-orang yang beriman, tha'atilah Allah dan tha'atilah Rasul (Nya), dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. [QS. An-Nisaa' : 59]

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوٓا أَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَا تَوَلَّوْا عَنْهُ وَأَنْتُمْ تَسْمَعُونَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari-Nya, padahal kamu mendengar (perintah-perintah-Nya),"
(QS. Al-Anfal [8]: 20)

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَ يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَ اللهُ غَفُوْرٌ رَّحَيْمٌ. قُلْ اَطِيْعُوا اللهَ وَ الرَّسُوْلَ، فَاِنْ تَوَلَّوْا فَاِنَّ اللهَ لَا يُحِبُّ اْلكٰفِرِيْنَ. ال عمران:31-32
Katakanlah, "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (31)
Katakanlah, "Tha'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir". (32) [QS. Ali 'Imraan : 31-32]

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَاحْذَرُوا  ۚ  فَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُوٓا أَنَّمَا عَلٰى رَسُولِنَا الْبَلٰغُ الْمُبِينُ
"Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul serta berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanat) dengan jelas."
(QS. Al-Ma'idah [5]: 92)

وَمَآ اٰتٰىكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْا وَ اتَّقُوا اللهَ، اِنَّ اللهَ شَدِيْدُ اْلعِقَابِ. الحشر:7
Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya. [QS. Al-Hasyr : 7]

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْأَاخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah."
(QS. Al-Ahzab [33]: 21)

وَمَآ أَرْسَلْنَا مِنْ رَّسُولٍ إِلَّا لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللَّهِ
Dan kami tidak mengutus seseorang rasul, melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. [QS. An-Nisaa' : 64]

Dari ayat-ayat tersebut bisa kita ketahui bahwa kaum muslimin diperintahkan agar tha'at kepada Allah dan Rasul-Nya atau dalam beragama ini berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, karena hanya Allah dan Rasul-Nya itulah yang dijamin pasti benar, sedangkan yang lain tidak dijamin kebenarannya.
Di dalam hadits juga disebutkan sebagai berikut :

اِنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا مَسَكْتُمْ بِهِمَا: كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ نَبِيّهِ. مالك، فى الموطأ 2: 899
Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Kutinggalkan pada kamu sekalian dua perkara yang kalian tidak akan sesat apabila kalian berpegang teguh kepada keduanya, yaitu : Kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya". [HR. Malik dalam Al-Muwaththa’ juz 2, hal. 899]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: كُلُّ اُمَّتِى يَدْخُلُوْنَ اْلجَنَّةَ اِلَّا مَنْ اَبَى. قَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللهِ وَ مَنْ يَأْبَى؟ قَالَ: مَنْ اَطَاعَنِى دَخَلَ اْلجَنَّةَ وَ مَنْ عَصَانِى فَقَدْ اَبَى. البخارى 8: 139
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Semua ummatku kelak akan masuk surga, kecuali orang yang tidak mau". Para shahabat bertanya, "Ya Rasulullah siapa orang yang tidak mau (masuk surga) itu ?". Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa yang tha'at kepadaku, niscaya ia masuk surga dan barangsiapa yang bermakshiyat kepadaku, berarti ia tidak mau (masuk surga)". [HR. Bukhari juz 8, hal. 139]

Dan Al-Qur'an melarang kita bertaqlid kepada seseorang tanpa mengetahui ilmunya.

Allah SWT berfirman :

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ  ۚ  إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya."
(QS. Al-Isra' [17]: 36)

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَآ أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَآ أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ ءَابَآءَنَآ  ۗ  أَوَلَوْ كَانَ ءَابَآؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ
"Dan apabila dikatakan kepada mereka, Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah, mereka menjawab, (Tidak!) Kami mengikuti apa yang kami dapati pada nenek moyang kami (melakukannya). Padahal, nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa pun dan tidak mendapat petunjuk."
(QS. Al-Baqarah [2]: 170)

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلٰى مَآ أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ ءَابَآءَنَآ  ۚ  أَوَلَوْ كَانَ ءَابَآؤُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ
"Dan apabila dikatakan kepada mereka, Marilah (mengikuti) apa yang diturunkan Allah dan (mengikuti) Rasul. Mereka menjawab, Cukuplah bagi kami apa yang kami dapati nenek moyang kami (mengerjakannya). Apakah (mereka akan mengikuti) juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?"
(QS. Al-Ma'idah [5]: 104)

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَآ أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ ءَابَآءَنَآ  ۚ  أَوَلَوْ كَانَ الشَّيْطٰنُ يَدْعُوهُمْ إِلٰى عَذَابِ السَّعِيرِ
"Dan apabila dikatakan kepada mereka, Ikutilah apa yang diturunkan Allah! Mereka menjawab, (Tidak), tetapi kami (hanya) mengikuti kebiasaan yang kami dapati dari nenek moyang kami. Apakah mereka (akan mengikuti nenek moyang mereka) walaupun sebenarnya setan menyeru mereka ke dalam azab api yang menyala-nyala (Neraka)?"
(QS. Luqman [31]: 21)

Namun diantara kaum muslimin ada yang mengatakan bahwa orang Islam itu wajib bertaqlid kepada salah satu madzhab.
Maka pendapat yang demikian itu tentu tidak sesuai dengan apa yang dituntunkan oleh Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan kita tahu bahwa para shahabat Nabi dan orang-orang yang lahir sebelum imam madzhab itu tentu tidak ada yang bermadzhab.
Bahkan para imam madzhab sebagaimana yang tercantum dalam dalam Kitab Al-Qaulul Mufiid fii Hukmi At-Taqlid karya Imam Asy-Syaukaniy telah berpesan sebagai berikut :

Imam Abu Hanifah berkata:

اُتــْرُكُوْا قَوْلــِى لِقَوْلِ اللهِ وَ رَسُوْلــِهِ وَ الصَّحَابَةِ.
Tinggalkanlah perkataan (pendapatku) yang berlawanan dengan firman Allah dan Sabda Rasul-Nya dan perkataan shahabat.

لاَ يَحِلُّ ِلاَحَدٍ اَنْ يَقُوْلَ بِقَوْلـــِنَا حَتَّى يَعْلَمَ مِنْ اَيــْنَ قُلْنَاهُ.
Tidak halal bagi seseorang yang berkata dengan perkataan kami hingga mengetahui dari mana kami mengatakannya.

حَرَامٌ عَلَى مَنْ لَمْ يَعْرِفْ دَلِـيـْلِى اَنْ يُفْتِيَ كَلاَمِى.
Haram atas orang yang belum mengetahui dalil (alasan) fatwaku untuk berfatwa dengan perkataanku.

اِنَّهُ قِيْلَ ِلاَبِى حَنِيْفَةَ: اِذَا قُلْتَ قَوْلاً وَ كِـتَابُ اللهِ يُخَالِفُهُ ؟ قَالَ: اُتْرُكُـوْا قَوْلــِى بِكِـتَابِ اللهِ. فَقِيْلَ لَهُ: اِذَا كَانَ خَبَرُ الرَّسُوْلِ يُخَالِفُهُ ؟ قَالَ: اُتْرُكُوْا قَوْلــِى بِخَبَرِ الرَّسُوْلِ ص. فَقِيْلَ لَهُ: اِذَا كَانَ قَوْلُ الصَّحَابِيِّ يُخَالِفُهُ ؟ قَالَ: اُتْرُكُوْا قَوْلــِى بِقَوْلِ الصَّحَابِيِّ.
Bahwasanya Imam Abu Hanifah pernah ditanya: "Bagaimana apabila engkau mengatakan suatu pendapat, sedangkan Kitab Allah menyalahkannya ?" Beliau menjawab : "Tinggalkanlah pendapatku dan ikutilah Kitab Allah". Lalu beliau ditanya lagi : "Bagaimana kalau hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyalahkannya ?" Beliau menjawab: 'Tinggalkanlah pendapatku dan ikutilah hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam?" Dan beliau ditanya lagi: "Bagaimana kalau perkataan shahabat menyalahkannya ?". Beliau menjawab : "Tinggalkanlah pendapatku dan ikutilah perkataan shahabat itu''.

اِنْ كَانَ قَوْلــِى يُخَالِفُ كِـتَابَ اللهِ وَ خَبَرَ الرَّسُوْلِ فَاتْرُكُوْا قَوْلــِى.
Jika pendapatku menyalahi Kitab Allah dan Sunnah Rasul, maka tinggalkanlah pendapatku itu.

Dan beliau (Imam Abu Hanifah) apabila memberi fatwa tentang suatu perkara, mengatakan :

هذَا رَأْيُ النُّعْمَانِ بـْنِ ثَابِتٍ وَ هُوَ اَحْسَنُ مَا قَدَّرْنَا عَلَـيْهِ. فَمَنْ جَاءَ بِأَحْسَنَ مِنْهُ فَهُوَ اَوْلَى بِالصَّوَابِ.
Ini pendapat An-Nu'man bin Tsabit (Imam Abu Hanifah), dan ini sebaik-baik yang telah kami pertimbangkan. Barang siapa yang datang dengan membawa yang lebih baik dari padanya, maka itulah yang lebih pantas dengan kebenaran.

Perkataan-perkataan Imam Abu Hanifah di atas jelas memberikan pengertian kepada kita bahwa beliau tidak suka dan melarang ummat Islam bertaqlid kepada pendapat (madzhab) beliau.

Imam Malik berkata :

اِنَّمَا اَنــَا بَشَرٌ اُخْطِئُ وَ اُصِيْبُ فَانْظُرُوْا فِى رَأْيِى فَكُـلُّ مَا وَافَقَ اْلكِتَابَ وَ السُّنَّةَ فَخُذُوْهُ وَ كُـلُّ مَا لَمْ يُوَافِقِ اْلكِتَابَ وَ السُّنَّةَ فَاتْرُكُوْهُ.
Aku ini hanya seorang manusia yang boleh jadi salah, dan boleh jadi betul. Oleh karena itu, perhatikanlah pendapatku. Tiap-tiap yang cocok dengan Kitabullah dan Sunnah Rasul, ambillah dia dan tiap-tiap yang tidak cocok dengan Kitabullah dan Sunnah Rasul, maka tinggalkanlah.

كُلُّ اَحَدٍ يُؤْخَذُ مِنْ كَلاَمِهِ وَيـُرَدُّ عَلَـيْهِ اِلاَّ صَاحِبَ هذَا اْلقَبْرِ. وَ يُشِيْرُ اِلَى الرَّوْضَةِ الشَّرِيْفَةِ. وَ فِى رِوَايَةٍ: كُلُّ كَلاَمٍ مِنْهُ مَقْبُوْلٌ وَ مَرْدُوْدٌ اِلاَّ كَلاَمَ صَاحِبِ هذَا اْلقَبْرِ.
Setiap orang boleh diambil perkataannya dan boleh pula ditolak, kecuali perkataan penghuni qubur ini (beliau sambil menunjuk kearah makam yang mulia (makam Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam). Dan dalam riwayat lain: "Semua perkataan orang itu boleh diterima dan boleh ditolak, kecuali perkataan penghuni qubur ini".

اِنَّمَا اَنــَا بَشَرٌ اُخْطِئُ وَ اُصِيْبُ فَاَعْرِضُوْا قَوْلــِى عَلَى اْلكِتَابِ وَ السُّنَّةِ
Sesungguhnya aku ini hanya manusia biasa, yang boleh jadi benar dan boleh jadi salah, maka dari itu bandingkanlah pendapatku itu kepada kitab dan sunnah.

لَــيْسَ كُـلَّمَا قَالَ رَجُلٌ قَوْلاً وَ اِنْ كَانَ لَهُ فَضْلٌ يُتْبَعُ عَلَـيْهِ.
Tidak setiap pendapat yang dikatakan oleh seseorang itu harus diikut, walaupun dia mempunyai kelebihan.
Beliau pernah berpesan kepada Ibnu Wahab, katanya :

يَا عَبْدَ اللهِ، مَا عَلِمْتَهُ فَقُلْ بِهِ وَ دُلَّ عَلَـيْهِ. وَمَا لَمْ تَعْلَمْ فَاسْكُتْ عَنْهُ. وَ اِيـَّاكَ اَنْ تُقَلِّدَ النَّاسَ قِلاَدَةَ سُوْءٍ.
Wahai Abdullah, apa-apa yang telah kau ketahui, maka katakanlah dengannya dan tunjukkanlah dasarnya, dan apa-apa yang engkau belum mengetahuinya, maka hendaklah engkau diam darinya, dan jauhkanlah dirimu dari bertaqlid kepada orang dengan taqlid yang buruk.

Perkataan-perkataan Imam Malik di atas, jelas menunjukkan bahwa orang beragama itu jangan bertaqlid saja kepada pendapat orang, termasuk bertaqlid kepada pendapat beliau sendiri, karena beliau itupun manusia biasa yang fatwa atau pendapatnya bisa juga benar, dan bisa juga salah. Tetapi hendaknya mengikut kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.

Imam Syafi'i berkata :

لاَ قَوْلَ ِلاَحَدٍ مَعَ سُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ ص.
Tidak boleh diterima perkataan seseorang jika berlawanan dengan sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

اِذَا صَحَّ اْلحَدِيْثُ فَهُوَ مَذْهَبِى.
Apabila telah shah satu hadits, maka itulah madzhabku.

اِذَا صَحَّ خَبَرٌ يُخَالِفُ مَذْهَبِى فَاتَّبِعُوْهُ وَاعْلَمُوْا اَنــَّهُ مَذْهَبِى.
Apabila sah khabar dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang menyalahi madzhabku, maka ikutlah khabar itu, dan ketahuilah bahwa itulah madzhabku.

كُـلُّ مَسْأَلــَةٍ تَكَــلَّمْتُ فِيْهَا صَحَّ اْلخَبَرُ فِيْهَا عَنِ النَّبِيِّ ص عِنْدَ اَهْلِ النَّقْلِ بِخِلاَفِ مَا قُـلْتُ، فَاَنــَا رَاجِعٌ عَنْهَا فِى حَيَاتِى وَ بَعْدَ مَمَاتِى.
Tiap-tiap masalah yang pernah saya bicarakan, kemudian ada hadits yang riwayatnya sah dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam masalah itu di sisi ahli hadits dan menyalahi fatwaku, maka aku ruju' (tarik kembali) dari fatwaku itu diwaktu aku masih hidup maupun sesudah mati.

اِذَا وَجَدْتُمْ فِى كِـتَابِى خِلاَفَ سُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ ص فَقُوْلُـوْا بِسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ.
Apabila kalian dapati di dalam kitabku sesuatu yang menyalahi sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka hendaklah kalian berkata dengan sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam (dan tinggalkanlah perkataanku).

اِذَا وَجَدْتُمْ قَوْلـِى يُخَالِفُ قَوْلَ رَسُوْلِ اللهِ ص فَاضْرِبُـوْا بِقَوْلــِى عُرْضَ اْلحَائِطِ.
Apabila kalian mendapati pendapatku menyalahi perkataan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka lemparkanlah pendapatku ketepi dinding.

مَا قُلْتُ وَكَانَ النَّبِيُّ ص قَدْ قَالَ بِخِلاَفِ قَوْلــِى فَمَا صَحَّ مِنْ حَدِيْثِ النَّبِيِّ ص  اَوْلَى وَ لاَ تُقَلِّدُوْنــِى.
Apasaja yang telah aku katakan, apabila Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengatakan dengan menyalahi perkataanku, maka apa yang telah shah dari hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam itulah yang lebih pantas (untuk diambil), dan janganlah kalian bertaqlid kepadaku.

اِذَا صَحَّ اْلحَدِيْثُ عَلَى خِلاَفِ قَوْلـــِى فَاضْرِبُوْا قَوْلــِى بِاْلحَائِطِ وَاعْمَلُوْا بِاْلحَدِيْثِ الضَّابِطِ.
Apabila telah sah suatu hadits dan menyalahi pendapatku, maka buanglah pendapatku ke arah dinding, dan amalkanlah olehmu dengan hadits yang kokoh kuat itu.

كُلُّ شَيْئٍ خَالَفَ اَمْرَ رَسُوْلِ اللهِ ص سَقَطَ، وَلاَ يَقُوْمُ مَعَهُ رَأْيٌ وَلاَ قِيَاسٌ
Tiap-tiap sesuatu yang menyalahi perintah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam jatuhlah ia, dan tidak bisa digunakan bersamanya pendapat dan tidak pula qiyas.

Kata Imam Syafi'i kepada Abu Ishaq:

يـَا اَبـَا اِسْحَاقَ لاَ تُـقَـلّـِدْنِى فِى كُلِّ مَا اَقُوْلُ وَ انْظُرْ فِى ذَالِكَ لـِنَـفْسِكَ فَاِنَّهُ دِيْـنٌ.
Hai Abu Ishaq, janganlah kamu bertaqlid kepadaku pada setiap apa yang aku katakan, dan perhatikanlah yang demikian itu untuk dirimu, karena ia itu agama.

Perkataan-perkataan Imam Syafi'i di atas adalah jelas melarang orang bertaqlid kepada madzhab beliau, dan memerintahkan supaya orang beragama itu mengikut kepada kitab Allah dan sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Imam Ahmad bin Hanbal berkata:

لاَ تُـقَـلِّدْنِى وَ لاَ مَالِكًا وَ لاَ الشَّافِعِيَّ وَ لاَ اْلاَوْزَاعِيَّ وَ لاَ الثَّوْرِيَّ وَ خُذْ مِنْ حَيْثُ اَخَذُوْا.
Jangan engkau bertaqlid kepadaku, jangan kepada Malik, jangan kepada Syafi'i dan jangan kepada Al-Auza'i dan jangan kepada Ats-Tsauri, tetapi ambillah (agamamu) dari tempat mereka mengambilnya (yaitu Al-Qur'an dan Hadits).

مِنْ قِلَّةِ فِقْهِ الرَّجُلِ اَنْ يُـقَـلِّـدَ دِيْـنَهُ الرِّجَالَ.
Diantara tanda sedikitnya pengertian seseorang itu ialah bertaqlid kepada orang lain tentang urusan agama.

لاَ تُـقَـلِّـدْ دِيـْنَكَ اَحَدًا.
Janganlah engkau bertaqlid terhadap seseorang tentang agamamu.

لاَ تُـقَـلِّـدْ دِيـْنَكَ اَحَدًا مِنْ هؤُلاَءِ. مَا جَاءَ عَنِ النَّبِيِّ وَ اَصْحَابِهِ فَخُذْ بِهِ.
Janganlah kamu bertaqlid tentang agamamu kepada seseorang  di antara mereka (para ulama), tetapi apa yang datang dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan shahabatnya, maka ambillah dia.

اُنــْظُرُوْا فِى اَمْرِ دِيـْنِكُمْ. فَاِنَّ التَّـقْـلِــيْدَ لِغَيْرِ اْلمَعْصُوْمِ مَذْمُوْمٌ وَ فـِيْهِ عُمْيٌ لِلْبَصِيْرَةِ
Hendaklah kamu memperhatikan tentang urusan agamamu, karena sesungguhnya taqlid kepada orang yang tidak ma'shum itu tercela, dan padanya ada kebutaan bagi kecerdikan pandangan.

لاَ تُقَلِّدْ دِيْـنَكَ الرِّجَالَ. فَإِنَّـهُمْ لَمْ يَسْلَمُوْا اَنْ يَغْلُطُوْا.
Janganlah kamu bertaqlid kepada orang-orang tentang agamamu, karena sesungguhnya mereka itu tidak terjamin dari kesalahan.

Perkataan-perkataan Imam Ahmad bin Hanbal di atas jelas melarang orang-orang untuk bertaqlid, baik bertaqlid kepada madzhab beliau sendiri maupun kepada imam-imam atau ulama-ulama yang lain.

Itulah antara lain ucapan-ucapan dari beliau-beliau para imam itu, dengan jujur melarang siapa saja untuk mengikuti pendapat/madzhab mereka.

Dan masih banyak pula ucapan-ucapan dan pesan-pesan beliau-beliau itu yang lain, dan semuanya melarang siapa saja, kapan saja dan dimana saja menurut secara buta pendapat mereka, tetapi hendaknya dalam beragama ini selalu mengikuti sumber agama yang asli, yakni Al-Qur'an dan Sunnah.

Setelah kita mengetahui apa-apa yang dipesankan atau dikatakan oleh para imam itu, jelaslah bagi kita bahwa orang yang berpendapat; wajib orang Islam itu mengikuti salah satu madzhab dan menganggap bahwa orang yang tidak bermadzhab itu seolah-olah sesat, berdosa dan sebagainya, adalah nyata-nyata menyalahi Al-Qur'an, menyalahi sabda-sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. dan menyalahi pula pesan dan perkataan atau pendapat para Imam Rahimahumullah itu sendiri.

Hal ini dikuatkan oleh Imam Asy-Sya'raaniy dalam kitabnya Al-Miizaan juz 1, hal. 228, sebagai berikut :

Apabila telah sah satu hadits, maka ia adalah madzhab kami (empat imam), dan tidak berlaku bersamanya lagi qiyas seseorang dan tidak pula pendapat seseorang, kecuali hanya tha'at kepada Allah dan Rasul-Nya dengan taslim. Selain itu, shahabat-shahabat Nabi dan orang-orang yang lahir sebelum lahirnya para imam madzhab itu juga tidak ada yang bermadzhab, bahkan sama sekali tidak mengenalnya.

Dan Imam Malik (93 H – 179 H) tidak bermadzhab Syafi'i maupun Hanafi. Begitu pula Imam Syafi'i (150 H – 204 H) tidak bermadzhab Hanafi maupun Maliki, dan Imam Ahmad bin Hanbal (164 H – 241 H) tidak bermadzhab Hanafi, Maliki maupun Syafi'i.

Marilah kita berfikir secara wajar karena Allah selalu mendidik kita supaya berfikir dengan wajar. Firman-Nya :

اَفَلاَ تَــعْـقِـلُوْنَ ؟ البقرة:44                  اَفَلاَ تـَـتَــفَكَّرُوْنَ ؟ الانعام:50
Tidakkah kamu berfikir ?           Tidakkah kamu berakal ?

Dengan penjelasan ini, marilah kita dalam beragama berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang.

Maka MTA bukan penganut salah satu dari 4 madzhab, dan bukan sebagai madzhab ke-5.

-oO[@]Oo-


NOTULENSI JIHAD PAGI
Ahad, 24 Desember 2017/05 Rabiul akhir 1439
MTA bukan pengikut salah satu dari 4 madzhab, dan bukan sebagai madzhab ke-5

PERTANYAAN DARI BROSUR
Beliau 4 imam mengatakan kalau pendapatku menyelisihi Al-Quran dan sunnah, ikuti Al-Quran dan sunnah.

Bagaimana cara menyikapi apabila setiap pendapat dianggap tidak berbobot?
Jwb :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. ( QS. An-Nisa : 59 )

MTA itu tidak pernah berpendapat menurut akalnya sendiri, selalu berlandaskan Al-Quran dan Sunnah.

Allah melarang bertaqlid tanpa mengetahui ilmunya. Bagaimana dengan seseorang yang mengikuti madzab tapi mereka mengikuti guru-guru mereka ( sanad ). Apakah menyelisihi QS. Al-Isra : 36?
Jwb :
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. ( QS. Al-Isra : 36 )
Imam Ahmad bin Hanbal berkata :

Jangan engkau bertaqlid kepadaku, jangan kepada Malik, jangan kepada Syafi'i dan jangan kepada Al-Auza'iy dan jangan kepada Ats-Tsauriy, tetapi ambillah (agamamu) dari tempat mereka mengambilnya (yaitu Al-Qur'an dan Hadits).
Beliau 4 imam pun tidak mau diikuti, menganjurkan mengikuti kepada Al-Quran dan sunnah. Beliau-beliau orang alim.

Agama itu tidak perlu diperdebatkan, tetapi perlu dikaji kemudian diamalkan. Kalau terjadi silang pendapat jangan menganggap pendapat sendiri yg paling benar. Kembalikan kepada Allah dan RasulNYA.

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْراً أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالاً مُّبِيناً
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. ( QS. Al-Ahzab : 36 )

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Sesungguhnya jawaban oran-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. ( QS. An-Nur : 51 )

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنزَلَ اللّهُ قَالُواْ بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لاَ يَعْقِلُونَ شَيْئاً وَلاَ يَهْتَدُونَ
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?". ( QS. Al-Baqarah : 170 )
Imam Ahmad bin Hanbal berkata :

Diantara tanda sedikitnya pengertian seseorang itu ialah bertaqlid kepada orang lain tentang urusan agama.


Mohon penjelasan pendapat imam abu hanifah?
Jwb :
Imam Abu Hanifah berkata :

Tidak halal bagi seseorang yang berkata dengan perkataan kami sehingga mengetahui dari mana kami mengatakannya.
Mengetahui dari mana kami mengatakannya maksudnya dari Al-Quran dan Sunnah.


Haram atas orang yang belum mengetahui dalil (alasan) fatwaku untuk berfatwa dengan perkataanku.
Yang ini lebih tegas, memakai kata haram.

Dari perkataan imam abu hanifah, apa yang dimaksud dengan fatwa?
Jwb :
Fatwa itu semacam nasihat. Misal fatwa MUI Pusat rokok itu haram ( untuk ibu hamil dll ).

Apakah bisa diambil pengertian, bahwa imam abu hanifah dalam menyampaikan pendapatnya tidak berdasarkan Al-Quran dan Sunnah?
Jwb :
Bahwasanya Imam Abu Hanifah pernah ditanya, "Bagaimana apabila engkau mengatakan suatu pendapat, sedangkan Kitab Allah menyelisihina ?". Beliau menjawab, "Tinggalkanlah pendapatku dan ikutilah Kitab Allah". Lalu beliau ditanya lagi : "Bagaimana kalau hadits Rasulullah SAW menyelisihinya ?" Beliau menjawab: 'Tinggalkanlah pendapatku dan ikutilah hadits Rasulullah SAW ?" Dan beliau ditanya lagi, "Bagaimana kalau perkataan shahabat menyelisihinya ?". Beliau menjawab, "Tinggalkanlah pendapatku dan ikutilah perkataan shahabat itu''.

Ini menunjukkan bahwa imam abu hanifah tentang agama tidak mau dijadikan ukuran kebenaran. Yang menjadi ukuran kebenaran adalah Al-Quran & Sunnah ( + pendapat para sahabat ).

Contohnya : ada pendapat tidur membatalkan wudhu. Ternyata Rasulullah SAW pernah tidur sampai mendengkur. Kemudian nabi SAW langsung shalat tanpa berwudhu. Berarti tidur tidak membatalkan wudhu.
Kemudian ada yang berpendapat, tidur kalau duduk tidak membatalkan wudhu, kalau berbaring membatalkan wudhu. Tolong tunjukkan dalilnya. Ternyata dasarnya adalah dhon ( prasangka ). Kalau duduk susah kentut, kalau tidur mudah kentut. Padahal kentut dengan duduk bisa-bisa saja.

Yang dimaksud punya kelebihan?
Jwb :

Tidak setiap pendapat yang dikatakan oleh seseorang itu harus diikut, walaupun dia mempunyai kelebihan.
Yang dimaksud adalah kelebihan ilmu. Beliau kyai, ulama, ustadz, kalau pendapatnya tidak berdasar Al-Quran dan sunnah tidak boleh dijadikan dasar hukum.
MTA juga memakai ijma dan qiyas, namun ijmanya para sahatab. Karena ijma ulama, para ulama tidak pernah bersepakat. Ulama satu dengan yang lain berbeda pendapat.

Contoh ijma sahabat.
Jaman Nabi SAW masih hidup orang mabuk dicambuk 40 kali dimuka umum. Jaman umar bin khothob cambuk untuk orang yang mabuk 80 kali. Saat itu sahabat-sahabat yang lain masih banyak yang hidup dan tidak ada yang menentang, berarti sepakat.
Jaman utsman bin affan adzan jumat 2x, satu di pasar. Ketika utsman mengadakan adzan jumat 2x, banyak sahabat ( bahkan ali ) masih hidup. dan tidak ada yang menentang.

Apakah kalau pendapat imam syafii menyelisihi Al-Quran dan sunnah saat ini apakah pendapat beliau otomatis gugur?
Jwb :

Tiap-tiap masalah yang pernah saya bicarakan, kemudian ada hadits yang riwayatnya sah dari Rasulullah SAW dalam masalah itu di sisi ahli hadits dan menyalahi fatwaku, maka aku ruju' (tarik kembali) dari fatwaku itu diwaktu aku masih hidup maupun sesudah mati.
Iya, dikatakan baik aku ( imam syafii ) masih hidup atau sesudah mati. Beliau ahli hadits,

Mohon dijelaskan ulil amri itu siapa? Kalau ada selisih faham, kemudian ruju kepada Al-Quran dan sunnah tidak mau menerima?
Jwb :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. ( QS. An-Nisa : 59 )
Ulil amri itu orang yang mengurusi urusan umat islam. Kalau tidak mau nurut dengan tuntunan Allah dan rasulNYA. Ya sudah urusan dia dengan Allah. Mau diapakan? Iman boleh kafirpun boleh, namun pertanggung jawaban di akherat dengan Allah.

Kita semua mengetahui para imam 4, tentunya mereka adalah orang yang alim. Mengetahui Al-Quran dan sunnah. Tetapi mengapa mereka berbeda faham? Pengikutnya fanatik saling menyelahkan. Padahal para imam saling menghormati.
Jwb :
Kalau imam 4 itu walaupun ada perbedaan pendapat tidak saling menyalahkan. Kemudian sama-sama berpendapat, kalau pendapatku menyelisihi Al-Quran dan sunnah tinggalkan pendapatku.
Boleh jadi imam yang satu hafal hadits A, imam yang lain belum mengetahui. Karena kealiman beliau-beliau maka rendah hati. Kalau ada pendapat yang menyelisihi Al-Quran dan sunnah, tinggalkan pendapatku. Hal ini menunjukkan kealiman beliau 4 imam.
Imam satu dengan yang lain adalah murid & guru. Tidak mesti guru lebih pintar dari pada muridnya. Saat haji Wada Rasulullah SAW menyampaikan kalau khutbahnya untuk disampaikan kepada yang tidak hadir. Apa adanya. Boleh jadi yang menerima lebih faham dari pada yang menyampaikan.
Yang kurang faham adalah yang mengaku para pengikutnya. Fanatik terhapat pendapat salah satu imam. Sehingga menyalahkan pendapat yang lain.

Para imam madzab sudah jelas-jelas melarang untuk bermadzab. Kenyataannya umat islam banyak yang bermadzab. Bagaimana kisahnya koq umat islam bisa bermadzab?
Jwb :
Ora ngerti ! Imam 4 menyarankan untuk tidak mengikuti dirinya, supaya mengikuti orang yang maksum ( Rasulullah SAW ).
Tidak penting mengetahui latar belakang kenapa orang-orang bermadzab kepada salah satu imam, yang jelas terlihat sampai sekarang otentik adalah Al-Quran, sunnahnya juga ada ( kitab-kitab hadits banyak ). Adapun pendapat-pendapat boleh dipakai boleh ditinggalkan.

Mengikuti pendapat seseorang, padahal yang diikuti berlepas tangan.
إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُواْ مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُواْ وَرَأَوُاْ الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الأَسْبَابُ
(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali.
وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُواْ لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّؤُواْ مِنَّا كَذَلِكَ يُرِيهِمُ اللّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ وَمَا هُم بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ
Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: "Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami." Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka. ( QS. Al-Baqarah : 166-167 )

Maka dalam beragama tidak boleh taqlid kepada seseorang.

PERTANYAAN MINTA DIJAWAB SEGERA
Hukum umat islam mengucapkan selamat natal?
Hukum menghadiri undangan orang nasrani?
Jwb :
Itu pertanyaan kuno, Prof HAMKA mengatakan haram hukumnya mengucapkan selamat natal. Orang nasrani silahkan natalan, umat islam menghormati dengan tidak mengganggu, tidak campur tangan. Bagimu agamamu bagiku agamaku.
Natalan itu ibadahnya orang Kristen / katolik. Kalau orang islam ikut-ikutan terus bagaimana? Kerukukan umat beragama menurut pemerintah itu tidak seperti itu,

Asbabun nuzul QS. Al-Kafirun. Orang kafir mengajak nabi menyembah tuhan mereka, di waktu yang lain mereka menyembah tuhannya umat islam. Kemudian turun surat. Bahkan diulang-ulang.

Maka, umat islam boleh hidup dengan siapa saja.
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَن تَوَلَّوْهُمْ وَمَن يَتَوَلَّهُمْ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. ( QS. Al-Mumtahanah : 8-9 )

Kurang apa islam dalam toleransinya ?

Boleh menghadiri pernikahan orang nasrani.

Bagaimana tanggapan Al-Ustadz setelah MK melegalkan LGBT?
Jwb :
وَلَمَّا جَاءتْ رُسُلُنَا لُوطاً سِيءَ بِهِمْ وَضَاقَ بِهِمْ ذَرْعاً وَقَالَ هَـذَا يَوْمٌ عَصِيبٌ
Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan dia berkata: "Ini adalah hari yang amat sulit ."
وَجَاءهُ قَوْمُهُ يُهْرَعُونَ إِلَيْهِ وَمِن قَبْلُ كَانُواْ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ قَالَ يَا قَوْمِ هَـؤُلاء بَنَاتِي هُنَّ أَطْهَرُ لَكُمْ فَاتَّقُواْ اللّهَ وَلاَ تُخْزُونِ فِي ضَيْفِي أَلَيْسَ مِنكُمْ رَجُلٌ رَّشِيدٌ
Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji . Luth berkata: "Hai kaumku, inilah puteri-puteriku, mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal ?"
قَالُواْ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا لَنَا فِي بَنَاتِكَ مِنْ حَقٍّ وَإِنَّكَ لَتَعْلَمُ مَا نُرِيدُ
Mereka menjawab: "Sesungguhnya kamu telah tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap puteri-puterimu; dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki."
قَالَ لَوْ أَنَّ لِي بِكُمْ قُوَّةً أَوْ آوِي إِلَى رُكْنٍ شَدِيدٍ
Luth berkata: "Seandainya aku ada mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan)."
قَالُواْ يَا لُوطُ إِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَن يَصِلُواْ إِلَيْكَ فَأَسْرِ بِأَهْلِكَ بِقِطْعٍ مِّنَ اللَّيْلِ وَلاَ يَلْتَفِتْ مِنكُمْ أَحَدٌ إِلاَّ امْرَأَتَكَ إِنَّهُ مُصِيبُهَا مَا أَصَابَهُمْ إِنَّ مَوْعِدَهُمُ الصُّبْحُ أَلَيْسَ الصُّبْحُ بِقَرِيبٍ
Para utusan (malaikat) berkata: "Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorangpun di antara kamu yang tertinggal , kecuali isterimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?".
فَلَمَّا جَاء أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِّن سِجِّيلٍ مَّنضُودٍ
Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi,
مُّسَوَّمَةً عِندَ رَبِّكَ وَمَا هِيَ مِنَ الظَّالِمِينَ بِبَعِيدٍ
Yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim . ( QS. Huud : 77-83 )

Terjadi di jaman dahulu, kemudian diabadikan di dalam Al-Qur’an. Kalau orang menempuh sebab yang sama, kejadian jaman dahulu akan terjadi lagi.

Tanda-tanda adzab Allah berdatangan.
قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَن يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَاباً مِّن فَوْقِكُمْ أَوْ مِن تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعاً وَيُذِيقَ بَعْضَكُم بَأْسَ بَعْضٍ انظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ
Katakanlah: " Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya)".
( QS.Al-Anam : 65 )

Adzab yang datang dari atas seperti sambaran petir, hujan batu. Adzab dari bawah seperti gempa bumi, dll. Kita lihat berkali-kali cicipan adzab sudah Allah turunkan. Tidak hanya sekedar bencana alam biasa.

Jangan sampai kita mendukung. Kita umat islam harus menolak. Karena tidak ada kemampuan untuk menolak, serahkan pada Allah. Yang penting kita berusaha menyelamatkan diri. Seperti nabi luth AS.

#MK tidak mempunyai kewenangan mengabulkan permintaan JR pemohon, kewenangan ada pada pembuat undang-undang ( DPR ), MK juga mendorong DPR untuk segera menyelesaikan.

Saya lumpuh, cari uang 5000 saja tidak bisa. Tapi saya yakin selama saya masih hidup Allah akan selalu kasih rejeki. Amalan apa agar mendapatkan rejeki dari arah yang tidak disangka-sangka? Karena tidak bisa ikhtiyar kerja.
Jwb :
Dekatkan diri kepada Allah, shalat kalau tidak bisa dengan berdiri dengan duduk, kalau duduk tidak bisa ya dengan berbaring. Kalau tidak bisa wudhu dengan tayamum. Semaksimalnya. Kalau fisik tidak bisa bergerak dekatkan diri kepada Allah dengan banyak berdhikir.
Sudah betul kamu yakin, selama masih hidup akan diberi rejeki oleh Allah. Kalau sebagai orang muslim, tau muslim yang lain kesusahan untuk menolong.
Ini alamatnya mana, kasih alamat ke saya, saya kontakkan dengan warga MTA di sekitarmu. Dosa kalau kita tidur dengan keadaan kenyang, yang lain ada yang kelaparan.

PERTANYAAN MINGGU LALU
Saya diberi amanah pimpinan perusahaaan untuk mengurus mushola. Ada uang infaq dan zakat. Peruntukannya untuk mushola, memberi uang khotib setiap tahun sekali, bencana. Apa sudah tepat?
Jwb :
Boleh. Adapun zakat kalau tepat sasaran 8 golongan boleh saja. Jangan sampai salah sasaran.

Dalil yang sharih tentang shalat sunnah mutlaq?
Jwb :
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. ( QS. Thaahaa : 14 ). Dalilnya umum.

Saya seorang wanita, dulu biasa shalat jamaah di masjid. Setelah dengar hadits bahwa shalat sunnah di rumah lebih utama kemudian shalat di rumah? Mana yang lebih utama
Jwb :
Kalau di rumah shalatnya sendirian, shalat di masjid tidak ada salahnya. Jaman Nabi SAW juga ada wanita shalat ke masjid. Shaff laki-laki baiknya paling depan, shaff perempuan sebaik-baiknya di belakang. Pintu shalat untuk wanita & laki-laki dipisah.
Hanya memang dilarang bagi wanita shalat kemasjid dengan memakai wangi-wangian.
حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ
كَانَتْ امْرَأَةٌ لِعُمَرَ تَشْهَدُ صَلَاةَ الصُّبْحِ وَالْعِشَاءِ فِي الْجَمَاعَةِ فِي الْمَسْجِدِ فَقِيلَ لَهَا لِمَ تَخْرُجِينَ وَقَدْ تَعْلَمِينَ أَنَّ عُمَرَ يَكْرَهُ ذَلِكَ وَيَغَارُ قَالَتْ وَمَا يَمْنَعُهُ أَنْ يَنْهَانِي قَالَ يَمْنَعُهُ قَوْلُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَمْنَعُوا إِمَاءَ اللَّهِ مَسَاجِدَ اللَّهِ
(BUKHARI - 849) : Telah menceritakan kepada kami Yusuf bin Musa telah menceritakan kepada kami Abu Usamah telah menceritakan kepada kami 'Ubaidullah bin 'Umar dari Nafi' dari Ibnu 'Umar: "Isteri Umar ikut menghadiri shalat Shubuh dan 'Isya berjama'ah di masjid." Lalu dikatakan kepadanya, "Kenapa kamu pergi ke masjid padahal kamu telah mengetahui bahwa 'Umar tidak menyukainya?" Wanita itu berkata, "Apa yang menghalangi dia untuk melarangku?" Penanya itu berkata, "Yang mencegahnya adalah sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: 'Janganlah kalian larang para wanita mendatangi masjid-masjid Allah."

Zakat mal diberikan kepada kakak yang sakit stoke, kepada adik yang kurang mampu boleh apa tidak? Dengan catatan di lain waktu juga sering bantu
Jwb
Boleh, asal masuk dalam 8 golongan dalam QS. At-Taubah : 60. Mengutamakan saudara terdekat baik.

Ibu selama hidup shalat, saya di rumah yang jauh. Ibu dirawah ayah dan adik. Adik masih melakukan syirik, bagaimana dengan adik, apakah dapat pahala memelihara orang tua hingga meninggal rugi kalau tidak bisa masuk surga?
Jwb :
Iya. Kalau mengabaikan malah dosa.

Kisah anak menggendong ibunya?
Jwb :
اَنَّ رَجُلاً اَتَى اِلَى النَّبِيِّ ص فَقَالَ: اِنَّ لِىْ اُمًّا، اَنَا مَطِيَّتُهَا اُقْعِدُهَا عَلَى ظَهْرِى وَ لاَ اَصْرِفُ عَنْهَا وَ جْهِى وَ اَرُدُّ اِلَيْهَا كَسْبِى، فَهَلْ جَزَيْتُهَا؟ قَالَ: لاَ، وَ لاَ بِزَفْرَةٍ وَاحِدَةٍ. قَالَ: وَ لِمَ؟ قَالَ: ِلاَنـَّهَا كَانَتْ تَخْدُمُكَ وَ هِيَ تُحِبُّ حَـيَاتَكَ. وَ اَنْتَ تَخْدُمُهَا تُحِبُّ مَوْتَهَا. ابو الحسن الماوردى
Sesungguhnya ada seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW, lalu bertanya : "Sesungguhnya saya mempunyai seorang ibu, saya menggendongnya di punggung saya, saya tidak pernah bermuka masam kepadanya, dan saya serahkan kepadanya hasil pencaharian saya, apakah yang demikian itu saya telah membalas budinya ?". Rasulullah SAW bersabda : "Belum, walau satu tarikan nafas panjangnya". Orang itu bertanya pula : "Mengapa demikian ya Rasulullah ?". Jawab beliau : "Karena ibumu memelihara kamu dengan berharap agar kamu panjang umur, sedangkan kamu memeliharanya itu dengan berharap ia lekas mati". [HR. Abul Hasan Al-Mawardi]

Apakah hadits / ayat yang dhoni / multitafsir. Apabila seorang ulama berijtihad, kalau salah 1 pahala, kalau benar 2 pahala. Kalau yang mengikuti apakah sama?
Jwb :
Muadz bin jabal saat ditanya bagaimana dia akan memimpin.
Saya akan memimpin dengan perkataan Allah ( kalau tidak ada )
Saya akan mempimpin dengan sabda Rasulullah ( kalau tidak ada )
Saya akan berijtihad

Ijtihad di sini dalam urusan dunia.
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ الْمُقْرِئُ الْمَكِّيُّ حَدَّثَنَا حَيْوَةُ بْنُ شُرَيْحٍ حَدَّثَنِي يَزِيدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْهَادِ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ بْنِ الْحَارِثِ عَنْ بُسْرِ بْنِ سَعِيدٍ عَنْ أَبِي قَيْسٍ مَوْلَى عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ عَنْ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّهُ
سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا حَكَمَ الْحَاكِمُ فَاجْتَهَدَ ثُمَّ أَصَابَ فَلَهُ أَجْرَانِ وَإِذَا حَكَمَ فَاجْتَهَدَ ثُمَّ أَخْطَأَ فَلَهُ أَجْرٌ
قَالَ فَحَدَّثْتُ بِهَذَا الْحَدِيثِ أَبَا بَكْرِ بْنَ عَمْرِو بْنِ حَزْمٍ فَقَالَ هَكَذَا حَدَّثَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَقَالَ عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ الْمُطَّلِبِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَهُ
(BUKHARI - 6805) : Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yazid almuqri' almakki telah menceritakan kepada kami Haiwa bin Syuraikh telah menceritakan kepadaku Yazid bin Abdullah bin Al Had dari Muhammad bin Ibrahim bin Alharits dari Busr bin Sa'id dari Abu Qais mantan budak Amru bin 'Ash, dari 'Amru bin 'ash ia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika seorang hakim mengadili dan berijtihad, kemudian ijtihadnya benar, maka ia mendapat dua pahala, dan jika seorang hakim berijtihad, lantas ijtihadnya salah (meleset), baginya dua pahala." Kata 'Amru, 'Maka aku ceritakan hadis ini kepada Abu Bakar bin Amru bin Hazm, dan ia berkata, 'Beginilah Abu Salamah bin Abdurrahman mengabarkan kepadaku dari Abu Hurairah. Dan Abdul 'Aziz bin Al Muththalib dari Abdullah bin Abu Bakar dari Abu Salamah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam Shallallahu'alaihiwa sallam semisalnya."

Tidak semua orang boleh berijtihad. Dalam hadits di atas yang berijtihad adalah seorang hakim

Saya duda menikahi seorang janda. Dikaruniai seorang anak. Karena suatu hal bercerai, 2 tahun pisah ranjang, belum sah cerai secara pemerintahan. Ingin ruju’ lagi. Apakah yang menikahkan sah, kalau wali yang dulu ( kakak )?
Jwb ;
Boleh saja, asal syarat-syarat pernikahan dipenuhi. Wali, mahar, ijab qobul.

Kami pengusaha yang pailit, punya hutang yang sulit terbayar. Hutang karena tertipu teman. Hutang ratusan juga, setelah menjual aset hutang masih belasan juta. Terasa berat karena kerja serabutan. Apa yang harus saya lakukan? Yang menghutangi selalu menagih
Jwb :
Katakana terus terang kepada yang menghutangi. Dihukumpun ya bersedia.

Allah tidak pernah membebani umatnya di luar kemampuannya, pasti ada kesalahan, salah dalam mengelola.
Hutang akan menjadi tanggung jawab berat di hadapan Allah. Sampai nabi SAW tidak mau menshalatkan Karena masih punya hutang. Padahal di shalatkan adalah hak orang islam.

Hutang silahkan, tapi harus tau kemampuan. Kalau bisa jangan berhutang !

PERTANYAAN LANGSUNG
Iskandar_semarang
Saya pekerjaan terapi, difable ( tuna netra ). Apa boleh terapi akhwat?
Saya 27 tahun belum menikah?
Jwb :
Kalau memang keahlianmu di bidang itu. tidak mengapa. Seperti dokter.
CP : 085866650405
Tentang jodoh, janga putus asa.

Ibu inul_kulonprogo
Shalat jenazah itu takbirnya 1x, yang ada tuntunannya takbir berapa kali?
Nabi SAW istighfar tidak kurang 100x dalam sehari. Apa termasuk dzikir setelah shalat?
Dulu iftitah pakai Allahumma baid baini, sekarang pakai Allahu akbar kabiro.. tasyahudnya ?
Jwb :
Shalat jenazah takbirnya tidak 1x, tapi 4x. lebih jelasnya beli buku risalah janaiz.
Dzikir sesudah shalat memang betul genap 100,
Doa iftitah pakai allahumma baid baini boleh, allahuakbar kabiro boleh, inni wajahtu wajhiya ya boleh. Pilih salah satu. Rasulullah SAW biasa iftitah kadang baca ini atau itu. bacaan attahiyat dst… yang ada di buku tuntunan shalat boleh dibaca.

Muh sidiq_lampung
Orang yang memperturutkan hawa nafsu apa termasuk syirik? riya’ juga syirik?
Tentang bid’ah hasanah?
Barangsiapa yang mengkafirkan ayat-ayat kami, menolak kebenaran Al-qur’an sebagian, apakah dihukumi mengkafirkan seluruh ayat?
Umat islam saat ini, ada berbeda golongan. Apakah termasuk 72 golongan? Khawatir
Jwb :
Menuhankan hawa nafsu termasuk syirik. Siapa yang menuhankan selain Allah termasuk syirik. Yang menuhankan hawa nafsu bisa jadi pandai namun tersesat.

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَن يَهْدِيهِ مِن بَعْدِ اللَّهِ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? ( QS. Al-Jaasiyah : 23 )

Membiarkan sesat dengan sepengetahuannya maksudnya Allah mengetahui dia tidak mau menerima petunjuk yang telah diberikan kepadanya

وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَـكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِن تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَث ذَّلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُواْ بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.
( QS. Al-A’raf ; 176 )

Umat islam terpecah menjadi 73 golongan, yang 72 masuk neraka. Yang 1 masuk surga. Yaitu aljamaah ( jamaah umat islam ) yang mengikuti sunnah ku ( Nabi SAW ) dan sunnah sahabat-sahabatku.

Tentang bid’ah khasanah. Umar bin khothob mengatur menjadikan 1 jamaah shalat tarawih. Kemudian umar pergi. Bid’ahnya pada pengaturannya. Kalau shalat jamaahnya Nabi SAW juga pernah melakukan. Saat nabi shalat tarawih di ikuti para sahabat. Kemudian di hari yang ke 4 nabi SAW tidak ke masjid, khawatir shalat tarawih akan diwajibkan. Pengaturan >> bid’ah khasanah >>

Pengaturan umar tidak termasuk bid’ah karena umar bin khotboh sahabat Nabi SAW. Boleh di ikuti.

Kalau kita mengaku orang beriman, semua ayat Al-Qur’an harus di imani, masuklah islam secara keseluruhan ( kaffah ).

Jaman abu bakar, umat islam ada yang mau melaksanakan seluruh syariat tapi tidak mau zakat. Kemudian oleh abu bakar diperangi.

Kalau mengkufuri ayat Al-qur’an karena tidak tahu, maka mencari tahu. Setelah tahu kemudian dilaksanakan.

“Tidak mampu” itu contohnya kalau belum bisa haji karena belum ada dana, tidak bisa puasa karena menyusui maka bisa fidyah. Tidak bisa wudhu karena sakit maka bisa tayammum.


SILATURAHIM USTADZ USTADZAH TPA MTA SUKOHARJO

PENGURUS TPA MTA PERWAKILAN SUKOHARJO/ MENYELENGGARAKAN ACARA SILATURAHIM DAN TEMU USTADZ USTADZAH TPA UNTUK YANG PERTAMA KALINYA/ PADA HARI SABTU, 23 SEPTEMBER 2017/ PUKUL 14.00 WIB SAMPAI DENGAN 17.00 WIB/ BERLANGSUNG DI MTA CABANG SUKOHARJO 7/ SANGGRAHAN RT.3 RW.6, JOHO, KEC. SUKOHARJO, KAB. SUKOHARJO// HADIR USTADZ USTADZAH ATAU PENGASUH TPA DAN PENGURUS DARI 48 CABANG MTA YANG ADA DI PERWAKILAN SUKOHARJO//

ACARA DIBUKA DENGAN SAMBUTAN DARI PENGURUS CABANG SETEMPAT USTADZ SABIQ FATIKHIN KEMUDIAN DILANJUTKAN SAMBUTAN DARI KETUA MTA PERWAKILAN SUKOHARJO USTADZ DOKTERANDES SUGENG BW// SEBAGAI PEMBICARA INTI IALAH USTADZ JUWADI SARJANA PENDIDIKAN ISLAM//

KETUA MTA PERWAKILAN SUKOHARJO MENJELASKAN BAHWA TUJUAN ACARA INI ADALAH UNTUK MENINGKATKAN TALI SILATURAHIM ANTAR PENGASUH TPA/ SELAIN ITU/ YANG PALING UTAMA ADALAH MEMIKIRKAN  BERLANGSUNYA TPA MTA DI PERWAKILAN SUKOHARJO AGAR BISA BERJALAN TERUS SEHINGGA MEMUNCULKAN GENERASI PENERUS YANG BERAKIDAH LURUS DAN BERAKHLAK MULIA//

PADA ACARA INI DILAKUKAN PENDATAAN KEMBALI MENGENAI PERKEMBANGAN TPA MTA DI SELURUH CABANG SE-PERWAKILAN SUKOHARJO/ PERKEMBANGAN TPA YANG DIMAKSUD MELIPUTI JUMLAH SANTRI/ JUMLAH PENGAJAR/ KOMUNIKASI DENGAN PENGURUS CABANG/ KETERLIBATAN TPA CABANG DENGAN BADKO TPA DI DAERAH/ DAN SEBAGAINYA//

USTADZ JUWADI SARJANA PENDIDIKAN ISLAM  SEBAGAI KETUA PENGURUS TPA PERWAKILAN SUKOHARJO/ DALAM ISIANNYA, BELIAU BERHARAP PENGASUH TPA AGAR SELALU MEMOTIVASI SANTRI AGAR SELALU SEMANGAT MENGIKUTI KEGIATAN TPA DI CABANG MASING-MASING DAN SELALU BERKOMUNIKASI ANTAR PENGASUH BAGAIMANA CARA PENYAMPAIAN MATERI YANG MENARIK DENGAN BERBAGAI INOVASI/ DIAKHIR ACARA DIADAKAN SESI TANYA JAWAB ANTARA PENGURUS DENGAN PARA PENGASUH TPA// KONTRIBUTOR SUKOHARJO BUDI PRASETYO///



MTA CABANG WERU 1, 2, 3 TERJUNKAN RELAWAN DAN SATGAS

SUKOHARJO – MTA Cabang Weru 1, 2 dan 3 menerjunkan relawan ke lokasi kegiatan Tentara Manunggal Membangun Desa/ TMMD Ke-98 Tahun 2017. Lokasi kegiatan berada di Desa Tegalsari, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo.
Pada TMMD kali ini kegiatan fokus pada pembangunan talut sepanjang 100 meter di Nambangan RT. 2 RW. 6, Grogol Weru Sukoharjo. Pengurukan jalan sepanjang 2,5 meter x 150 meter di Cokrowangsan RT. 3 RW. 4, Tegalsari, Weru, Sukoharjo dan Pembangunan 25 Jamban/ WC di Dukuh RT. 2 RW. 4, Tegalsari, Weru, Sukoharjo.
Ketua MTA Cabang Weru 1, Supandi, S. Pd, mengungkapkan MTA Cabang Weru 1, 2 dan 3 menerjunkan total 32 Relawan dan Satgas dalam TMMD yang berlangsung pada hari Ahad, 16 April 2017. dimulai pukul 07.30 WIB hingga 11.30 WIB.
Komandan Koramil 05 Weru Kapten Infantri Widoyo mengucapkan terimakasih kepada warga sekitar, LSM, ormas dan MTA yang telah menerjunkan relawan dan satgasnya untuk bekerja sama dalam TMMD kali ini, beliau juga menitipkan Salam kepada Tim Kontributor Sukoharjo untuk disampaikan kepada pimpinan pusat MTA Drs. Ahmad Sukina.

Tim Kontributor Sukoharjo (Mustofik, Wahyudi, Budi Prasetyo).


Pelatihan Relawan SAR MTA Angkatan ke-6 Tahun 2017

SURAKARTA, JATENG – Pelatihan relawan SAR yang dilaksanakan Badan Sar Nasional (Basarnas) Pos Surakarta, provinsi Jawa tengah di ikuti 69 relawan Majlis Tafsir Al-Qur'an (MTA) dari se Soloraya yang di gelar di kantor Basarnas Pos Surakarta, Senin (3/4).

Pelatihan bagi relawan SAR tersebut di laksanakan dari tanggal 3 – 7 April 2017. Adapun tujuan acara ini digelar adalah untuk menigkatkan profesionalisme para relawan SAR MTA agar bisa menangani segala bentuk bencana, karena jika saat di lokasi bencana mereka dituntut harus profesional kalau tidak nyawa mereka sendiri lah yang akan menjadi resiko.
Humas Basarnas Pos Surakarta Yohan Try mengatakan, pelatihan bagi relawan SAR pada hari pertama ini diberikan pengetahuan tentang beberapa materi antara lain yaitu SAR system Survibal dan Medical First Responder (MFR).

“Pelajaran tersebut diberikan kepada calon tim SAR di dalam ruangan di kantor basarnas pos surakarta ini,” Ujarnya.

Selanjutnya, pelatihan tersebut juga dihadiri kepala Pos basarnas Surakarta Amin dan didampingi Kapolsek Colomadu dan Danramil Colomadu.

“Saat pelatihan relawan SAR akan dilatih mental dan fisiknya agar jika ada musibah bencana se sulit apapun medannya mereka sudah faham betul bagaimana cara mengatasinya dengan safety tanpa membahayakan diri mereka sendiri,”Katanya.

Lanjut Yohan Try, pada malam hari relawan SAR akan tidur dalam tenda-tenda yang berada di belakang kantor Basarnas Pos Suakarta yang sudah di siapkan sebelumnya.

“Kondisi malam hari di kantor basarnas pos surakarta ini cukup dingin dan becek, karena siang hari hingga sore hari sebelumnya kota solo diguyur hujan dengan intensitas deras. Relawan yang mengikuti pelatihan tidak surut dalam melakukan pelatihan ini, mereka terlihat bersemangat dan ceria saat melakukan kegiatan pelatihan ini,” Akunya.

Kemudian di pagi harinya, relawan SAR harus bangun pagi guna menunaikan sholat subuh dan melakukan olahraga dan bersiap melaksakan tahap pelatihan yang akan di berikan oleh tim Basarnas selanjutnya.

“Mereka akan melakasanakan kegiatan pelatihan ini hingga tanggal 7 April 2017 dan diharapkan mereka akan lebih bisa mengerti bagaimana cara mengatasi bencana dan cara mengevakuasi korban bencana setelah pelatihan ini,” Tandasnya.

"Lokasi yang digunakan pelatihan antara lain di kawasan hutan/ perbukitan Batu Seribu, Bulu, Sukoharjo dengan materi Jungle Rescue (Pertolongan di Hutan), dilanjutkan di Waduk Mulur Sukoharjo dengan materi Water Rescue (Pertolongan di Air)". tulis Ali Akbar di WA.

https://www.youtube.com/watch?v=2VSoCA4450A&feature=youtu.be

Tim Kontributor Sukoharjo.